Minggu, 20 November 2011

Pelacur-Pelacur Tua

Mentari mulai menghilang
Disusul dengan gelapnya malam
Kabut asap tak henti-hentinya mengepulkan asapnya
Tat kala sesosok wanita mulai menggerakkan tubuhnya
            Tubuh mungilnya mulai ia lapisi dengan setumpuk farfum kelas rendahan
            Bibir tipisnya ia polesi dengan lipstick  merah mencolok
            Buah dadanya yang sudah mengkerut ia lapisi dengan silicon eceran
            Itu semua demi yang namanya uang.
Uang , uang, uang itu adalah sebuatan raja bagi kaum kami
Tanpa uang, aku tak bisa hidup
Demi uang, aku rela korbankan kehormatanku
Demi uang, aku rela melayani nafsu bejat kambing-kambing jantan itu.
            Malam demi malam aku bekerja
            Tak terhitung berapa jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuhku
            Tak terhitung berapa jumlah jilatan nakal menggerayangi tubuhku
            Dan tak terhitung pula berapa dosa yang aku perbuat
Dosa ?? apa itu dosa ??
Aku tak kenal dengan nama itu
Aku tak peduli dengan sebutan itu
Yang jelas aku adalah seorang wanita yang ingin hidup bahagia.
            Aku tau aku seorang ibu
            Aku memiliki anak dengan sejuta bapak
            Dan aku masih memiliki hati untuk membesarkannya
Meskipun aku tahu aku adalah seorang pelacur
            Miris hati ini mengucapkan sebutan itu
            Tapi apa daya sebutan itu adalah aku
            Aku tidak perlu munafik dengan sebutan itu
            Sampai mati pun kan ku kenang sebutan itu.

                                                                                    Singaraja, In the Kost, 10 September 2011
                                                                                      Sona Putra.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar