Mentari mulai menghilang
Disusul dengan gelapnya malam
Kabut asap tak henti-hentinya mengepulkan asapnya
Tat kala sesosok wanita mulai menggerakkan tubuhnya
Tubuh mungilnya mulai ia lapisi dengan setumpuk farfum kelas rendahan
Bibir tipisnya ia polesi dengan lipstick merah mencolok
Buah dadanya yang sudah mengkerut ia lapisi dengan silicon eceran
Itu semua demi yang namanya uang.
Uang , uang, uang itu adalah sebuatan raja bagi kaum kami
Tanpa uang, aku tak bisa hidup
Demi uang, aku rela korbankan kehormatanku
Demi uang, aku rela melayani nafsu bejat kambing-kambing jantan itu.
Malam demi malam aku bekerja
Tak terhitung berapa jumlah cairan yang masuk ke dalam tubuhku
Tak terhitung berapa jumlah jilatan nakal menggerayangi tubuhku
Dan tak terhitung pula berapa dosa yang aku perbuat
Dosa ?? apa itu dosa ??
Aku tak kenal dengan nama itu
Aku tak peduli dengan sebutan itu
Yang jelas aku adalah seorang wanita yang ingin hidup bahagia.
Aku tau aku seorang ibu
Aku memiliki anak dengan sejuta bapak
Dan aku masih memiliki hati untuk membesarkannya
Meskipun aku tahu aku adalah seorang pelacur
Miris hati ini mengucapkan sebutan itu
Tapi apa daya sebutan itu adalah aku
Aku tidak perlu munafik dengan sebutan itu
Sampai mati pun kan ku kenang sebutan itu.
Singaraja, In the Kost, 10 September 2011
Sona Putra.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar